Minggu, 24 Maret 2013

Ingin Kuulang Pertemuan Ini... (sebuah cerita)


Udara yang panas pada siang yang tidak bersahabat, beruntung Masjid Nabawi selalu sejuk dan nyaman menenangkan. Ada keinginan kuat untuk tidak kembali ke penginapan yang jaraknya cukup jauh dan harus melewati tiga blok barisan pertokoan dan hotel berkelas. Terkadang kesal juga punya rasa lapar, merasa dituntut untuk dipenuhi kebutuhan biologis agar tak minta jatah istirahat lebih dengan sakit yang merepotkan. Kuselesaikan bacaan Qur'anku sampai pada pojok halaman. Kutengokkan kepala kekiri, melihat bagian Raudhah yang masih terlihat sesak dengan antrian jama'ah, sedikit lebih baik dari pada bagian muslimah yang tertutup namun bersuara sangat berisik karena kain hijab yang ditepuk-tepuk dengan keras. Belum lagi lengkingan jama'ah wanita di balik sana yang sejak usai sholat dhuhr tak pernah henti bersautan.
Kututup mushhaf dan kukembalikan ke dalam rak yang ada didepanku, menatanya diatas tumpukan mushhaf madinah yang lain. Sambil merapikan posisi tas cangklongku dipundak, beranjak pelan kudekati galon air yang berisi zam-zam. Kucabut gelas dan mengarahkannya ke bawah lubang air galon zam-zam yang dingin, mengucurkan air dan mengisinya sampai penuh. Namun ternyata dibelakangku sudah berdiri seorang lelaki, dan kalau dilihat dari peci yang dikenakan sepertinya ia orang Pakistan. Kupersilakan ia untuk meminum zam-zam yang baru saja ku ambil, dengan hangat ia tersenyum dan mengucapkan terima kasih padaku. Sekali lagi kuambil gelas putih kecil dan kuisi  penuh dengan zam-zam dingin, kuulangi sampai tiga kali karena memang cukup haus setelah membaca beberapa lembar mushaf tadi.
Begitu keluar masjid urung kukenakan sendal yang sejak tadi tersimpan didalam tas cangklong. Memang nyaman sekali saat kaki menapak di atas lantai marmer sepanjang area masjid Nabawi ini, sejuknya sedikit mengurangi efek panas akibat terkurung cuaca siang menjelang sore. Kipas-kipas besar yang terpasang di beberapa tiang sepanjang pelataran masjid pun cukup efektif memberikan kesejukan. Kuhampiri tempat air zam-zam yang disediakan cukup besar, kalau yang ini hampir mirip tempat pengambilan minum yang ada di pesantrenku dulu, ada keran dan dibawahnya disediakan tempat aliran air agar tumpahan atau sisa yang diminum tidak menggenang dan berceceran kemana-mana. Memang kalau disini kebutuhanku akan air minum cukup meningkat, entah memang karena haus atau karena sangat menikmati kesegaran dan keberkahan dari zam-zam ini. Kalau disini aku bisa sekalian mengisi botol airku untuk bekal selama perjalanan pulang atau persediaan selama dipenginapan.
 bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar