Udara yang panas pada
siang yang tidak bersahabat, beruntung Masjid Nabawi selalu sejuk dan nyaman
menenangkan. Ada keinginan kuat untuk tidak kembali ke penginapan yang jaraknya
cukup jauh dan harus melewati tiga blok barisan pertokoan dan hotel berkelas.
Terkadang kesal juga punya rasa lapar, merasa dituntut untuk dipenuhi kebutuhan
biologis agar tak minta jatah istirahat lebih dengan sakit yang merepotkan.
Kuselesaikan bacaan Qur'anku sampai pada pojok halaman. Kutengokkan kepala
kekiri, melihat bagian Raudhah yang masih terlihat sesak dengan antrian
jama'ah, sedikit lebih baik dari pada bagian muslimah yang tertutup namun
bersuara sangat berisik karena kain hijab yang ditepuk-tepuk dengan keras.
Belum lagi lengkingan jama'ah wanita di balik sana yang sejak usai sholat dhuhr
tak pernah henti bersautan.
Kututup mushhaf dan
kukembalikan ke dalam rak yang ada didepanku, menatanya diatas tumpukan mushhaf
madinah yang lain. Sambil merapikan posisi tas cangklongku dipundak, beranjak
pelan kudekati galon air yang berisi zam-zam. Kucabut gelas dan mengarahkannya
ke bawah lubang air galon zam-zam yang dingin, mengucurkan air dan mengisinya
sampai penuh. Namun ternyata dibelakangku sudah berdiri seorang lelaki, dan
kalau dilihat dari peci yang dikenakan sepertinya ia orang Pakistan.
Kupersilakan ia untuk meminum zam-zam yang baru saja ku ambil, dengan hangat ia
tersenyum dan mengucapkan terima kasih padaku. Sekali lagi kuambil gelas putih
kecil dan kuisi penuh dengan zam-zam dingin,
kuulangi sampai tiga kali karena memang cukup haus setelah membaca beberapa
lembar mushaf tadi.
Begitu keluar masjid
urung kukenakan sendal yang sejak tadi tersimpan didalam tas cangklong. Memang
nyaman sekali saat kaki menapak di atas lantai marmer sepanjang area masjid
Nabawi ini, sejuknya sedikit mengurangi efek panas akibat terkurung cuaca siang
menjelang sore. Kipas-kipas besar yang terpasang di beberapa tiang sepanjang
pelataran masjid pun cukup efektif memberikan kesejukan. Kuhampiri tempat air
zam-zam yang disediakan cukup besar, kalau yang ini hampir mirip tempat
pengambilan minum yang ada di pesantrenku dulu, ada keran dan dibawahnya
disediakan tempat aliran air agar tumpahan atau sisa yang diminum tidak
menggenang dan berceceran kemana-mana. Memang kalau disini kebutuhanku akan air
minum cukup meningkat, entah memang karena haus atau karena sangat menikmati
kesegaran dan keberkahan dari zam-zam ini. Kalau disini aku bisa sekalian
mengisi botol airku untuk bekal selama perjalanan pulang atau persediaan selama
dipenginapan.
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar