Sabtu, 07 September 2013

Jatuh cinta yang kesekian kali, pada pagi


Duhai Rabb Yang Maha Penyayang, kini ku terjaga oleh-Mu untuk berpagi hari dalam nikmat, sehat, dan terjaganya rahasia-rahasiaku, maka sempurnakanlah nikmat-Mu, sehat dari-Mu, dan penjagaan-Mu atasku, di dunia dan akhirat…

Sungguh aku mencintai pagi,
Yang darinya ku belajar memberikan kesejukan
Kesejukan yang menenangkan jiwa-jiwa kesepian
Kubelajar memberikan kesegaran
Kesegaran yang menyelipkan inspirasi dibenak dan akal yang berkembang
Kubelajar memberikan ketentraman
Ketentraman yang menguatkan iman dalam sujud kesyukuran

Dan aku merasa tengah jatuh cinta untuk yang kesekian kali pada pagi
Saat ia memberiku satu hal baru diawal hari
Yang tak sempat diberikan malam saat kuterlelap dalam kegelapannya
Yang mungkin baru saja dibawa angin fajar lewat kehangatan sepenggal mentari di ufuk timur  
Bersama embun yang membasahi dedaunan dipagi ini

Ia memberiku saat-saat terindah
Waktu yang mungkin saja tak akan terulang untuk yang kedua kalinya
Sekian jenak yang bisa jadi tak dirasakan insan lain di pagi yang sama
Untuk merasakan nafas yang tenang dan terhela penuh
Hingga terasa kelegaan menjalar kesekujur tubuh
Dalam nikmat perenungan yang membawa kesyahduan dan juga ketenangan jiwa


Jika ada hal yang paling menyejukkan di dunia ini
Mungkin akan aku padankan dengan rasa yang menyelimutiku kini
Maha Kuasa Allah yang menyelipkan kebaikan rasa yang tak pernah berdusta
Sehingga tanpa ragu ingin aku menyandingkan, kesejukan ini dengan satu ketenangan yang semakin  berlipat dengan rasa kesyukuran
Ketenangan yang dituliskan dari tinta yang kusebut persaudaraan, tulisan itu yang jejaknya nyata, dan tak sedikitpun terpikir untuk menghapusnya
Persaudaraan itulah yang kumintakan ridho pada Ilaahi
Agar Ia memberkahi ikatan ini, pada setiap pagi, di setiap hari yang berganti…

Minggu, 24 Maret 2013

Salamku Kau Jawab dengan Tepukan Tangan..

Ucapan salam dibalas tepuk tangan, menjadi hal unik yang entah sejak kapan mulai hadir di sekitar kita. Dengan banyak sudut pandang, bisa jadi kita akan mendapatkan banyak tanggapan ketika membicarakannya. Dengan orang yang memang tingkat “kekritisan” agamanya tinggi, bisa jadi akan ada tanggapan keras disertai  penindak lanjutan entah dengan cara bagaimana. Mungkin diskusi, atau malah teguran keras di muka publik secara langsung maupun memanfaatkan media yang ada. Yang jelas bagi mereka hal ini harus segera diluruskan dan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Khawatir akan menjalar pada aspek ibadah lainnya barangkali
Buat yang cuek dan tidak peduli, sepertinya kita tak perlu membahas orang-orang macam ini. Namun saya sendiri menggolongkan diri sebagai orang yang kritis namun tidak ingin terlalu berat membahasakan suatu masalah. 
Kita coba menilik kembali sebuah hadits, “Kewajiban seorang muslim atas muslim yang lain ada lima; menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah, memenuhi undangan dan mendoakan orang yang bersin.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)

Nah, dari hadits yang sudah terjamin ke-shahihannya di atas bisa kita lihat sendiri bahwa sebagai seorang muslim kita punya satu kewajiban buat saudara kita yaitu membalas salam. Dengan cara seperti apa kita disunnahkan untuk membalas salam? nih, ada lagi dalilnya.
“Apabila kalian diberi salam/penghormatan, maka balaslah dengan yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa.” (QS. An-Nisa’: 86). Kalau dari ayat barusan sih kita disuruh untuk membalas salam dengan jawaban yang lebih baik, atau bisa kita artikan juga dengan jawaban yang lebih lengkap.
Misalkan, kalau ada yang ngucapin "Assalamu'alaikum" maka sebaiknya kita jawab dengan kalimat, "wa'alaikum salam wa rahmatullah." atau kalau perlu kita jawab sampai tuntas, dengan menambahkan kalimat' "wa barakatuhu.."
Karena sekali lagi yang paling harus kita ingat bahwa salam adalah perwujudan do'a yang dilantunkan orang lain untuk kita, maka  jawablah dengan do'a yang sama atau lebih baik. bukan malah dengan tepukan tangan, pakai meriah pula.


Ingin Kuulang Pertemuan Ini... (sebuah cerita)


Udara yang panas pada siang yang tidak bersahabat, beruntung Masjid Nabawi selalu sejuk dan nyaman menenangkan. Ada keinginan kuat untuk tidak kembali ke penginapan yang jaraknya cukup jauh dan harus melewati tiga blok barisan pertokoan dan hotel berkelas. Terkadang kesal juga punya rasa lapar, merasa dituntut untuk dipenuhi kebutuhan biologis agar tak minta jatah istirahat lebih dengan sakit yang merepotkan. Kuselesaikan bacaan Qur'anku sampai pada pojok halaman. Kutengokkan kepala kekiri, melihat bagian Raudhah yang masih terlihat sesak dengan antrian jama'ah, sedikit lebih baik dari pada bagian muslimah yang tertutup namun bersuara sangat berisik karena kain hijab yang ditepuk-tepuk dengan keras. Belum lagi lengkingan jama'ah wanita di balik sana yang sejak usai sholat dhuhr tak pernah henti bersautan.
Kututup mushhaf dan kukembalikan ke dalam rak yang ada didepanku, menatanya diatas tumpukan mushhaf madinah yang lain. Sambil merapikan posisi tas cangklongku dipundak, beranjak pelan kudekati galon air yang berisi zam-zam. Kucabut gelas dan mengarahkannya ke bawah lubang air galon zam-zam yang dingin, mengucurkan air dan mengisinya sampai penuh. Namun ternyata dibelakangku sudah berdiri seorang lelaki, dan kalau dilihat dari peci yang dikenakan sepertinya ia orang Pakistan. Kupersilakan ia untuk meminum zam-zam yang baru saja ku ambil, dengan hangat ia tersenyum dan mengucapkan terima kasih padaku. Sekali lagi kuambil gelas putih kecil dan kuisi  penuh dengan zam-zam dingin, kuulangi sampai tiga kali karena memang cukup haus setelah membaca beberapa lembar mushaf tadi.
Begitu keluar masjid urung kukenakan sendal yang sejak tadi tersimpan didalam tas cangklong. Memang nyaman sekali saat kaki menapak di atas lantai marmer sepanjang area masjid Nabawi ini, sejuknya sedikit mengurangi efek panas akibat terkurung cuaca siang menjelang sore. Kipas-kipas besar yang terpasang di beberapa tiang sepanjang pelataran masjid pun cukup efektif memberikan kesejukan. Kuhampiri tempat air zam-zam yang disediakan cukup besar, kalau yang ini hampir mirip tempat pengambilan minum yang ada di pesantrenku dulu, ada keran dan dibawahnya disediakan tempat aliran air agar tumpahan atau sisa yang diminum tidak menggenang dan berceceran kemana-mana. Memang kalau disini kebutuhanku akan air minum cukup meningkat, entah memang karena haus atau karena sangat menikmati kesegaran dan keberkahan dari zam-zam ini. Kalau disini aku bisa sekalian mengisi botol airku untuk bekal selama perjalanan pulang atau persediaan selama dipenginapan.
 bersambung...

Minggu, 03 Maret 2013

Seorang Muslim dan Penyikapannya dalam Berislam.



Ulasan materi ceramah Prof. Dr. Dochak Latief
            “Banyak dari kita yang mengerti seberapa besar kekuatan Al Qur’an yang Allah turunkan umat muslim yang ada dimuka bumi ini. Bahkan nama Al Qur’an yang kita kenal sebagai Asy Syifa (penyembuh) seringkali belum kita percaya akan kemujarabannya. Sudah kuatkah kita dalam mengimani Al Qur’an, sehingga mampu menjadikannya sebagai obat paling ampuh dalam menyembuhkan penyakit-penyakit yang ada. Namun jangan disalah artikan apa yang saya sampaikan barusan. Bukan berarti kita membenarkan tindakan yang dilakukan oleh beberapa kalangan, manakala menaruh botol berisikan air bening didepan orang-orang yang tengah membaca lantunan ayat suci Al Qur’an dan menganggap itu bakal menjadi satu-satunya obat yang mujarab dan juga penuh khasiat. Karena hal itu bukan saja akan menyeret kita dalam perilaku syirik, namun juga pembodohan umat dengan mencampuradukkan sunnah dengan cara-cara kefasikan.”
“Tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan yang dilalui oleh setiap orang pasti memilki saat ia bersemangat dalam memenuhi kewajiban atas keimanan yang diikrarkannya, namun adapula saat dimana ia akan menemui penyakit hati yang menggerogoti keimanannya sebagai seorang muslim. Karena memang sudah tabi’at keimanan menemui masa ketangguhan saat ia sedang menguat, namun tak jarang pula mengalami penurunan manakala ia melemah karena maksiat yang dilakukan  baik dengan sengaja maupun tidak. Mungkin kita pun menyadari bahwa banyak sekali potensi penyakit yang akan dialami manusia, yang barangkali tak terdiagnosis bahkan oleh pengetahuan medis sekalipun. 
Sedikitnya ada 8 potensi penyakit yang seringkali diidap oleh manusia, barangkali juga termasuk kita. Yang pertama dan kedua adalah penyakit lemah semangat dan malas. Dan barangkali itulah yang selama ini menjangkiti kita, bahkan untuk sekedar mengawali rutinitas keseharian termasuk juga mungkin ketika kita diminta untuk datang kepengajian ini. Yang berikutnya adalah keresahan hati serta rasa gelisah yang memunculkan ketergesa-gesaan.  Bisa jadi ini diakibatkan oleh banyak hal, salah satunya ketidak siapan kita saat menghadapi masalah yang ada. Dada ini sesak dengan ketakutan dan ketidak-tenangan karena tidak mampu menyerahkan semuanya dalam ketawakkalan kepada Allah.
Penyakit selanjutnya adalah sifat bakhil dan pengecut. Seringkali kita tak mengerti bahwa ada hak orang lain dari harta yang kita miliki, dan kebakhilan menutupi mata hati kita pada kepedulian terhadap lingkungan dimana kita berada. Dan betapa menyulitkannya saat kita bekerja sama dengan orang yang memiliki jiwa pengecut, tak ada manfaat darinya. Sedangkan dua penyakit berikutnya adalah kegemaran berhutang dan hidup dibawah bayangan orang lain. Betapa merepotkannya orang-orang semacam ini jika ada didekat kita, lagipula bukankah akan lebih terhormat jika kita yang menjadi tempat berhutang dan pengayom bagi yang lain?
Untuk menjaga kita serangan penyakit-penyakit di atas, Prof. Dr. Dochak Latief menuturkan ada tiga benteng yang dapat digunakan oleh setiap muslim. Yaitu dengan merutinkan qiro’atul qur’an (membaca Al Qur’an), memperbanyak dzikrullah (mengingat Allah), dan senantiasa menumbuhkan kecintaan akan masjid hingga kita dapat benar-benar menemukan ketenangan saat berada di dalamnya. Lagi-lagi itu hanya bisa bermanfaat jika dibungkus keimanan dan kebersihan hati dalam diri seorang muslim.”
Ceramah tersebut beliau akhiri dengan penjabaran tentang sifat-sifat dari hukum Islam. Yang pertama adalah aktif, karena adanya hukum Islam bukan sekedar untuk dipelajari namun juga untuk diamalkan secara aplikatif dalam hidup seorang muslim. Sifat selanjutnya adalah kreatif, meskipun ia sudah ditetapkan dalam satu garis yang lurus namun adakalanya perlu dilakukan tela’ah ulang dan penyesuaian agar dapat melingkupi seluruh aspek yang ada dalam keseharian seorang muslim. Dan tentu saja tetap ada koridor yang mengatur agar ia tak “terkreasikan” dengan berlebihan dan justru mengarah pada hal-hal yang dilarang oleh agama.
Sifat ketiga adalah asimilasi. Hampir mirip dengan poin sebelumnya, sifat ini juga mempersilakan kita untuk mempraktekkan kebiasaan-kebiasaan yang dianggap lumrah, selama hal tersebut tidak melanggar syariat yang telah ditetapkan. Dan sifat yang teakhir adalah toleransi, yang artinya tetap harus dijaga rasa saling pengertian terhadap pilihan sikap yang diambil masing-masing individu selama memang itu masih memiliki hujjah yang jelas dan tidak keluar dari kaidah-kaidah yang diajarkan Rasulullah Muhammad saw. Wallahu a’lam bi shawab...